JagatSembilan.com | Tuban – Dalam rangka memperingati Hari Bebas Sampah Internasional, Hari Hutan Sedunia, dan Hari Air Sedunia, IDFoS Indonesia bersama berbagai komunitas di Kabupaten Tuban menggelar Gerakan Lestari Alam Raya (GELAR) #8 bertajuk Eco Ramadhan 2025.
Setelah sebelumnya hanya dilaksanakan di Kabupaten Bojonegoro, tahun ini Eco Ramadhan diperluas ke tiga wilayah sekaligus, yakni Tuban, Bojonegoro, dan Blora. Aksi ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan, serta mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik, yang cenderung meningkat selama bulan Ramadan.
Sebanyak 14 lembaga turut berkolaborasi dalam kegiatan ini, antara lain: IDFoS Indonesia Polres Tuban, LAZISNU, Media Center PCNU Tuban, LPBINU, Nurul Hayat, Srikandi, LKKNU, PC PMII Tuban, IPNU & IPPNU, IAINU Tuban, Universitas Al Hikmah Indonesia, GKI Tuban dan Gusdurian Tuban.
Di Kabupaten Tuban, Eco Ramadhan 2025 dipusatkan di Pos Pantai Boom Tuban. Kegiatan yang dilakukan meliputi pembagian 1.000 bibit pohon buah secara gratis kepada masyarakat sebagai upaya penghijauan dan mitigasi perubahan iklim, serta pendistribusian 250 paket Eco Takjil dalam wadah ramah lingkungan untuk mengurangi limbah plastik.
Koordinator Eco Ramadhan Tuban, M. Ihsan Hadi dari LAZISNU PCNU Tuban, menyampaikan bahwa kegiatan ini dimaksudkan untuk mengisi bulan Ramadan 1446 H dengan semangat ibadah hijau, yakni menanam pohon dan mengurangi sampah plastik.
“Perubahan gaya hidup masyarakat dari yang sebelumnya membuat takjil sendiri di rumah, kini hampir seluruhnya membeli takjil dari pedagang dengan kemasan plastik. Melalui Eco Ramadhan, kami ingin mengajak masyarakat untuk mulai berpikir dan bertindak ramah lingkungan. Kurangi sampah plastik demi bumi yang lebih lestari,” ujar pria yang akrab disapa Mas Ihsan ini.
Ahmad Muhajirin koordinator Eco Ramadhan tiga kabupaten yakni Blora, Bojonegoro dan Tuban dari IDFoS Indonesia mengatakan, 15 kecamatan rawan bencana yakni Kecamatan Widang, Plumpang, Rengel, Soko, Parengan, Jatirogo, Singgahan, dan Senori. Berikutnya, Bangilan, Kenduruan, Grabagan, Semanding, Montong, Kerek, dan Merakurak.
“Melihat data dan fakta di lapangan, perubahan iklim semakin nyata dirasakan oleh masyarakat, terutama di wilayah pedesaan. Di Bojonegoro dan Tuban, fenomena kekeringan dan suhu ekstrem berdampak langsung pada ketahanan pangan dan sumber air warga,” terang Ahmad Muhajirin yang juga mantan Ketua PC PMII Bojonegoro itu.
Sementara itu di Blora menurut Ahmad Muhajirin, peningkatan kejadian bencana seperti banjir dan kekeringan dalam lima tahun terakhir menandakan bahwa kapasitas adaptasi lingkungan kita sedang tertekan.
“Gelar hadir di tengah masyarakat untuk mendorong penguatan aksi lokal, edukasi iklim, serta membangun kolaborasi multipihak demi memperkuat ketahanan terhadap risiko bencana dan perubahan iklim yang makin kompleks. Ini bukan hanya soal lingkungan, tapi juga soal keadilan sosial dan masa depan hidup bersama.” pungkas Ahmad Muhajirin
Dengan semangat kolaborasi dan kepedulian terhadap alam, Eco Ramadhan 2025 diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi lebih banyak pihak untuk turut serta dalam aksi nyata menjaga kelestarian lingkungan.