Oleh: Ahmad Rifqi Azmi
Mimpi bertemu Rasulullah SAW. merupakan pengalaman spiritual yang masih sering diperbincangkan baik di masa klasik hingga saat ini oleh para agamawan, bahkan bahkan tidak jarang penulis jumpai kalangan awampun memperbincangkannya. Sebagian dari mereka mengeklaim menerima pesan-pesan khusus dari Rasulullah saw. untuk pegangan hidupnya.
Dari sini, kita boleh mempertanyakan, ketika seseorang mengaku bermimpi bertemu Rasulullah SAW. apakah yang ia lihat di dalam mimpi itu benar-benar Rasulullah SAW? Bagaimana cara memvalidasinya? Jika itu benar-benar Rasulullah SAW., apakah boleh mengamalkan pesan-pesan khusus dari beliau dalam mimpi?
Ciri-Ciri Ru’ya Shalihah (Mimpi yang Datang dari Allah)
Ada tiga macam mimpi yang dijelaskan dalam beberapa hadis. Pertama adalah ru’ya shalihah, yaitu mimpi yang benar-benar datang dari Allah. Kedua: Hadis al-Nafs, Ilusi Psikologis. Ketiga min syaithan, mimpi yang datang dari setan.
Sebagaimana Hadis riwayat Imam Ahmad
عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: ” الرُّؤْيَا ثَلَاثَةٌ: فَبُشْرَى مِنَ اللهِ، وَحَدِيثُ النَّفْسِ، وَتَخْوِيفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ (رواه أحمد)
Artinya: Dari Nabi saw. bersabda, “”Mimpi itu ada tiga macam: kabar gembira dari Allah, perkataan dari diri sendiri (imajinasi), dan hasil menakut-nakutinya setan.”
Ru’ya Shalihah mempunyai kedudukan yang istimewa dalam Islam. Dalam al-Quran beberapa kali Allah menceritakan mimpi para Nabi, seperti mimpi Nabi Yusuf as., mimpi Nabi Ibrahim as., mimpi Raja Mesir di masa Nabi Yusuf, bahkan mimpi Rasulullah saw. Maka, tidak mengherankan jika Rasul saw. bersabda:
لَمْ يَبْقَ مِنَ النُّبُوَّةِ إِلَّا الْمُبَشِّرَاتُ. قَالُوا: وَمَا الْمُبَشِّرَاتُ؟ قَالَ: الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ (رواه الخاري)
Artinya : “Tidak tersisa lagi dari kenabian kecuali mubassyirat (kabar-kabar gembira).” Para sahabat bertanya: “Apakah yang dimaksud dengan kabar-kabar gembira itu?” Rasul menjawab: “Yaitu mimpi yang baik (ru’yā ṣāliḥah).” (HR. al-Bukhārī dan Muslim)
Pintu kenabian telah ditutup dengan kewafatan Nabi Muhammad SAW. Sehingga tidak mungkin ada orang yang mendapatkan wahyu dan nubuwwah lagi setelahnya, kecuali hanya mimpi yang datang dari Allah, hal ini akan terus ada hingga menjelang hari Kiamat. Jika di antara cara Allah memberikan kabar ghaib kepada para nabi dengan wahyu, maka di antara cara Allah memberitahukan hal ghaib kepada hamba-Nya yang shalih-halih melalui ru’ya shalihah.
Dari sini kita dapat memahami mengapa dalam banyak kitab adab, para ulama seringkali menjadikan mimpi sebagai penguat dalil, seperti cerita Imam Ghazali yang dimasukkan surga sebab menolong lalat yang terperangkap di tintanya saat beliau sedang mengarang kitab (lihat Lataif Minan karya al-Sya’rani), Abu Jahal yang mendapat keringanan siksa setiap hari Senin sebab pernah memerdekakan budaknya karena gembira atas kelahiran Baginda Nabi SAW. (lihat Hadis Shahih Bukhari).
Ru’ya Shalihah adalah mimpi yang benar-benar datang dari Allah Ta’ala, bukan dari setan, ataupun dari ilusi psikologi seseorang. Di antara ciri-cirinya adalah orang yang bermimpi adalah orang yang sangat menjaga lisannya dari kebohongan saat ia terjaga. Rasulullah saw.
وَأَصْدَقُكُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُكُمْ حَدِيثًا (رواه مسلم)
Artinya: Orang yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur dalam perkataannya (HR. Muslim)
Salah seorang pensyarah Sahih Muslim, Abū al-Abbās Ahmad bin Umar al-Qurtubi, dalam karyanya yang berjudul al-Mufhim, berkata, “Kejujuran akan menjadikan hati seseorang bercahaya, sehingga hatinya dapat melihat perkara-perkara dengan jelas seperti apa adanya. Kejujuran dalam keadaan terjaga dapat menjadikannya melihat apa yang ada mimpi sebagaimana adanya. Orang yang pendusta dan suka mencampuradukkan (antara benar dan bohong), hatinya menjadi rusak dan gelap, maka ia tidak akan melihat kecuali kekacauan dan mimpi-mimpi yang tidak jelas (adhghāṡ aḥlām).”
Keutamaan Mimpi Bertemu Rasulullah SAW.
Mimpi bertemu Rasulullah SAW. adalah kenikmatan yang luar biasa yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Di antara keutamaan mimpi bertemu Rasulullah SAW. adalah
1. Tanda bahwa pada hari kiamat orang yang memimpikannya akan bertemu dengan Rasulullah saw. dan mendapatkan syafaatnya. Syafaat sebagaimana dikatakan Ibnu Atsir di dalam An-Nihayah
الشَّفَاعَةُ هِيَ السُّؤَالُ فِي التَّجَاوُزِ عَنِ الذُّنُوْبِ وَالْجَرَائِمِ بَيْنَهُمْ
Artinya: Permohonan (Rasulullah SAW. kepada Allah) agar Allah berkenan tidak meperkarakan dosa-dosa dan kesalahan umatnya.
2. Setan tidak dapat menyerupai fisik Rasulullah SAW.
Kedua keutamaan ini disimpulkan dari sebuah hadis yang diriwayatkan dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَسَيَرَانِي فِي الْيَقَظَةِ، وَلَا يَتَمَثَّلُ الشَّيْطَانُ بِي (رواه البخاري)
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. ia mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang mimpi melihatku di dalam tidur maka ia akan melihatku dalam keadaan terjaga. Dan setan tidak dapat menyerupai aku (HR. Bukhari)
Cara Memvalidasi Sosok yang Dilihat Merupakan Rasulullah SAW.
Pembahasan menyangkut cara memvalidasi sosok yang dilihat adalah Rasulullah SAW. ini merupakan pembahasan yang penting. Sebab banyak orang mengaku-ngaku bermimpi melihat Rasulullah saw. Lalu, bagaimana kita mengetahui bahwa yang dilihat itu adalah Rasulullah saw.? Perlu diketahui bahwa yang tidak mungkin terjadi adalah setan menjelma seperti fisik dan sifat Rasulullah saw., adapun apabila setan menjelma fisik orang lain lalu ia mengaku bahwa ia adalah Rasulullah saw., maka itu adalah hal yang sangat mungkin.
Maka, menurut para ulama, hanya dua orang yang dapat memvalidasi bahwa yang dilihatnya adalah benar-benar Nabi SAW.
1. Para sahabat nabi saw. sebab mereka pernah melihat fisik dan sifat Nabi saw. saat mereka terjaga
2. Orang yang mempelajari hadis syama’il, yaitu hadis-hadis yang menjelaskan bentuk fisik dan sifat-sifat Rasulullah SAW.
Selain kedua orang ini, tidak dapat memastikan bahwa yang dilihatnya adalah Rasulullah SAW. atau bukan, sebab mereka tidak mengetahui bagaimana bentuk fisik Rasulullah SAW. berbeda dengan kedua orang ini, ketia ketika memimpikan Rasulullah SAW. keduanya dapat langsung mencocokkan apa yang dilihat dalam mimpinya dengan sifat-sifat Rasul SAW. yang diriwayatkan dalam hadis.
Ibnu Hajar berkata dalam Fath al-Bari,
إذا قال الجاهل رأيت النبي صلى الله عليه وسلم فإنه يسأل عن صفته فإن وافق الصفة المروية وإلا فلا يقبل منه، وأشاروا إلى ما إذا رآه على هيئة تخالف هيئته مع أن الصورة كما هي (فتح الباري 12/ 387 ط السلفية)
Artinya: “Jika seorang jahil berkata: ‘Aku melihat Nabi saw.,’ maka ia harus ditanya tentang sifat (rupa) Nabi yang ia lihat. Jika sesuai dengan sifat yang telah diriwayatkan, maka diterima. Jika tidak sesuai, maka tidak diterima. Para ulama juga mejelaskan bahwa hal ini berlaku apabila ia melihat Nabi dalam keadaan (sifat) yang menyelisihi tingkah (sifat) beliau saw. yang sebenarnya, meskipun gambaran (wajah atau bentuk) luarnya tetap seperti aslinya.”
Maka, mari kita lebih berhati-hati dan lebih selektif terhadap perkara mimpi ini, agar terhindar dari perbuatan yang menyalahi tuntunan Allah. Walahu a’lam bissawab..
*) Penulis adalah Ahmad Rifqi Azmi Pengasuh Jamaah Sabtu Sore Masjid Agung Bojonegoro dan Pengasuh Jamaah Ngabar Banjarsari yang juga kolumnis di jagatsembilan.com