Oleh: Drs. Sujiran, M.Pd
Ketika mendengar kata matematika, banyak orang langsung membayangkan angka, rumus, dan simbol yang rumit. Namun, sejatinya matematika tidak lahir dari ruang kosong. Ia tumbuh bersama kehidupan manusia, menyatu dengan budaya, dan tercermin dalam praktik sehari-hari. Dari sinilah lahir konsep etnomatematika, yaitu kajian tentang bagaimana suatu masyarakat menggunakan gagasan dan praktik matematika dalam budaya lokal mereka.
Etnomatematika mengajarkan bahwa matematika tidak hanya milik buku teks di ruang kelas, tetapi juga hidup dalam tradisi bangsa. Misalnya, pola simetri dan geometri bisa ditemukan pada motif batik atau anyaman bambu. Konsep bilangan dan pengukuran hadir dalam tradisi jual beli di pasar rakyat. Bahkan, bangunan tradisional seperti rumah Joglo atau lumbung padi menunjukkan penerapan prinsip matematika dalam arsitektur yang berpadu dengan nilai kearifan lokal.
Mengapa etnomatematika penting? Pertama, ia meneguhkan identitas bangsa. Dengan mengenalkan bahwa budaya lokal sarat dengan nilai matematis, generasi muda akan lebih bangga terhadap warisan leluhur. Mereka belajar bahwa matematika bukan ilmu asing yang datang dari luar, melainkan bagian dari jati diri bangsa.
Kedua, etnomatematika membantu mendekatkan matematika dengan kehidupan nyata. Tidak sedikit siswa dan mahasiswa merasa matematika jauh dari keseharian mereka. Padahal, ketika disajikan melalui konteks budaya yang akrab, matematika menjadi lebih mudah dipahami dan bermakna. Proses belajar pun menjadi lebih menyenangkan karena siswa dapat menemukan keterkaitan antara konsep abstrak dengan pengalaman konkret.
Ketiga, etnomatematika berpotensi menjadi sarana pelestarian budaya. Di tengah arus globalisasi, banyak tradisi lokal mulai ditinggalkan. Dengan mengintegrasikan etnomatematika dalam pembelajaran, sekolah dan perguruan tinggi sekaligus berperan dalam menjaga warisan budaya agar tetap hidup di hati generasi muda.
Namun, tantangannya adalah bagaimana pendidik mampu menggali dan mengembangkan materi etnomatematika dengan tepat. Dibutuhkan kreativitas untuk mengemas warisan budaya menjadi bahan ajar yang sistematis tanpa kehilangan nilai aslinya. Dosen pendidikan matematika, bersama guru di sekolah, memiliki peran besar untuk menjembatani ilmu modern dengan kearifan lokal.
Etnomatematika pada akhirnya menunjukkan bahwa matematika adalah ilmu yang humanis. Ia tidak hanya berbicara tentang angka, tetapi juga tentang nilai, identitas, dan kehidupan. Dengan menjadikan etnomatematika bagian dari pembelajaran, kita bukan hanya mengajarkan hitungan, tetapi juga membentuk generasi yang bangga pada budayanya, berpikir kritis, dan siap menghadapi tantangan global.
Menatap Indonesia Emas 2045, mengintegrasikan etnomatematika ke dalam pendidikan bukan sekadar pilihan, tetapi kebutuhan. Inilah cara kita membangun bangsa yang kuat, berakar pada budaya, dan cerdas dalam ilmu pengetahuan.
Penulis adalah Drs. Sujiran, M. Pd Dosen di IKIP PGRI Bojonegoro