Home / Opini

Sabtu, 3 Mei 2025 - 19:44 WIB

DESA KUAT NEGARA BERDAULAT VERSI MAJAPAHIT 

Oleh: Didik Wahyudi

Eksistensi Desa sudah ada sejak lama, ribuan tahun lalu dan diakui oleh sistem pemerintahan jaman itu. Eksistensinya melintas sejak dulu kala hingga sekarang seperti asal usul kata Desa.

Kata Desa serapan dari bahasa Sansekerta, yakni Deca kurang lebih artinya tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran.

Seperti tercatat dalam prasasti Canggal yang menggunakan huruf Pallawa bahasa Sansekerta bikinan Raja Sanjaya penguasa Mataram kuno berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi mencatat : crimat kunjara kunja “deca” nihi artinya kurang lebih yang berasal dari tanah (tanah asal atau Desa) termashur Kunjarakunja (tempat pertapaan).

Dari prasasti tersebut bisa diketahui kata Deca atau kemudian diserap menjadi kata Desa telah digunakan sekitar 1.293 tahun lalu, jaman Mataram kuno atau Medang.

Kata Deca atau Desa juga disebut dalam prasasti Canggu maklumat dari Raja Majapahit Hayam Wuruk pada tahun 1280 Saka atau tepatnya 7 Juli 1358 atau sekitar 667 tahun lalu mencatat :

“Muwah prakāraning naditira pradeça” secara harfiah berarti “oleh karena “desa-desa” di tepi sungai itu (berjasa)”. Prasasti Canggu mengatur pelabuhan-pelabuhna sungai Bengawan Solo dan sungai Brantas, menetapkan Desa-desa tepi sungai sebagai pelabuhan.

Lalu prasasti Petak menyebut : dening kawewnanganing “deca” ha nuta ring saka wewnanganira cri brahmaraja. Artinya kurang lebih Segala hak “desa” itu menjadi milik atau menjadi kewenangan Sri Brahmaraja.

Prasasti Petak dibuat sekitar tahun 1486 Masehi ditulis diatas batu andesit keluaran Raja Dyah Raṇawijaya atau dikenal sebagai Bhre Keling, raja Majapahit dari dinasti Girindrawardhana Kediri, atau 539 tahun lalu.

DESA Bagi Majapahit

Eksistensi Desa di masa lalu begitu penting hingga masuk dan tercatat dalam produk hukum kerajaan (negara). Masuk dalam fikiran para raja dahulu bahkan banyak Desa naik statusnya menjadi Desa Swatantra atau Desa Sima, Desa yang dibebaskan pajak oleh negara atau kerajaan bisa jadi karena di suatu masa telah berjasa pada Raja atau Desa tersebut mendapatkan kebebasan pajak karena untuk keperluan keagamaan, untuk merawat dan membiayai pelaksanaan upacara keagamaan di bangunan suci desa tersebut.

Baca Juga  Peran Pemuda Ansor dalam Memajukan Industri Kreatif

Saat statusnya naik Desa ini menjadi Desa otonom dan mandiri dalam pengelolaan pemerintahan dan masyarakat. Kalau jaman sekarang status IDM-nya (Indeks Desa Membangun) naik hingga indikator kemandirian Desa terpenuhi dengan baik sehingga berhak untuk mendapatkan tambahan anggaran afirmasi kinerja. IDM sekarang beralih menjadi ID (Indeks Desa) yang bulan ini mulai proses inputing.

Desa sebagai pusat produksi pangan bagi seluruh hajat hidup masyarakat. Desa adalah kunci, untuk kedaulatan pangan, kedaulatan Negara. Hal tersebut tercatat dalam Kakawin Negarakertagama karya Dhang Acarya Nadendra dengan nama pena Mpu Prapanca pada tahun 1287 saka atau 1365 Masehi, atau sudah terkonsep sejak 660 tahun lalu.

Pujasastra Negarakretagama atau Kakawin Negarakertagama terdiri dari 98 pupuh. Bagian pertama dimulai dari pupuh 1 sampai pupuh 49, sedangkan bagian kedua dimulai dari pupuh 50 sampai pupuh 98.

Judul asli dari manuskrip ini adalah Desawarnana kurang lebih artinya uraian tentang Desa – Desa atau bisa dimaknai sejarah desa – desa. Naskah ini kemudian dinamai Negarakretagama oleh arkeolog yang artinya kurang lebih Negara dengan tradisi yang suci dan ada yang memaknai kisah pembangunan Negara.

Secara tersirat bahwa eksistensi Desa dan Negara terpaut erat tak dapat dipisahkan, terpaut erat dan saling mendukung. Tidak bisa dipisahkan karena saling terkait dan mendukung, bagaimana kerajaan tanpa desa ? Secara perlahan akan mengalami beberapa kegagalan di dunia modern.

Desa menjadi garda terdepan dalam pusat produksi pangan, pusat kegiatan keagamaan di masa lalu, tempat pembangunan candi untuk makam para raja, dan juga menjadi tempat persembunyian Raja saat ada pemberontakan.

Seperti saat Ra Kuti memberontak raja kedua Majapahit Jayanegara yang disebut Kalagemet (lemah atau jahat) dalam naskah Pararaton (Kitab raja-raja) ditulis tahun 1522 Saka atau sekitar tahun 1600 Masehi. Kalagemet ini melarikan diri dari pusat kerajaan Majapahit dan bersembunyi di rumah Lurah Desa Badander.

Baca Juga  DO’A DAN HARAPAN TERBAIK BAGI PEMIMPIN BARU

Kalagemet selamat dari serangan pemberontakan Ra Kuti yang dulunya menjadi anggota Dharmaputra pejabat kepercayaan Raja, dibentuk oleh Raja Pertama Majapahit Dyah Wijaya.

Untuk menggambarkan bagaimana posisi pentingnya Desa yang kuat untuk Kerajaan (Negara) berdaulat ditulis Dhang Acarya Nadendra dengan nama populer Mpu Prapanca di Kakawin Negarakretagama pupuh 89 baris kedua, yakni ;

“apan ikaɳ pura len swawisaya sinha lawan gahana, yan rusakaɳ thani milwan akuran upajiwa tikaɳ nagara”

Terjemahan bebasnya kurang lebih :

“Negara dan desa berhubungan rapat seperti singa dan hutan, Jika desa rusak, negara akan kekurangan bahan makanan.”

Simbiosis mutualisme Negara dan Desa tergambar dalam karya sastra tersebut, karya sastra yang sekaligus menjadi sumber primer sejarah Majapahit. Menurut Mpu Prapanca Negara tanpa Desa sebagai pusat produksi pangan tentu akan kelaparan, dan Desa tanpa Negara akan kehilangan perlindungan.

Pentingnya Desa dalam Kakawin Negarakretagama ini terlihat banyak nama-nama Desa ditulis, saat Raja melakukan perjalanan maupun catatan nama desa yang menyimpan candi makam raja serta tempat keagamaan. Catatan nama-nama Desa yang penting itulah yang diingat Mpu Prapanca dalam karya sastranya, dia juga pernah punya nama Winada setelah pernah jabatannya dicopot.

Eksistensi Desa begitu penting di masa lalu bagi keberlangsungan dan kekuatan Negara. Begitu pun di jaman modern ini seperti China yang menguat dalam ekonomi karena Desa menjadi tempat tinggal masyarakat, menjadi pusat produksi pertanian, manufaktur, dan perdagangan. Desa berkontribusi terhadap kekuatan ekonomi dan stabilitas negara China.

Tetapi sebaliknya Jepang mulai kawatir negara oleng karena banyak masyarakat yang meninggalkan Desa, banyak rumah kosong di desa-desa Jepang. Untuk mengantisipasi makin parah, Jepang bikin program menawarkan uang ratusan juta agar masyarakat kembali ke Desa. Begitu pun Korea Selatan mengalami kekawatiran yang sama Desa-desa makin sepi penduduknya.

Dan leluhur kita bangsa ini sudah tahu ratusan tahun lalu bahwa Desa adalah kekuatan. Begitulah adanya.

Share :

Baca Juga

Headline

Prinsip Satu Komando di Nahdlatul Ulama adalah Harga Mati

Headline

Memahami sikap NU saat Pemilu, Ikhtiyar Menjaga Keseimbangan

Opini

Dekengan Rakyat Atau Kegenitan Politik

Opini

Fenomena “ Glokalisasi” Pada Pendidikan Tinggi di Indonesia

Opini

Pancasila Dalam Perspektif Negara & Perspektif Agama

Inspiratif

Hidup yang (Tak) Dipertaruhkan

Inspiratif

Idul Fitri, Momen Mendewasakan Diri

Headline

Beragama Dengan Benar Sebagai Wujud Mencintai Negara