Home / Opini / Politik

Senin, 9 Oktober 2023 - 09:46 WIB

Politik Kebangsaan, Tujuan Dan Pelaku

Oleh : Dr. (C) Ahmad Jakfar Al Mansur, M.Pd

Tokoh Muda NU Bojonegoro

Politik merupakan instrumen mengelola dan menyejahterakan rakyat. Adapun jika pada praktiknya penuh dengan keburukan, hal itu bukan dikarenakan politiknya, tetapi oknum-oknum politisi yang jauh dari nilai-nilai yang baik. Namun, di tengah berkelindannya negatifisme berpolitik, tidak sedikit pula yang tetap mempertahkan idealisme dan nilai-nilai luhur kemanusiaan.

Ada dua hal yang sering berseliweran dalam pendengaran kita,yakni tentang istilah politik kebangsaan dan kekuasaan atau praktis.

Organisasi Sosial kemasyarakatan biasanya menjalankan Politik kebangsaan, sedangkan partai politik menjalankan gerakannya dengan politik kekuasaan.

Politik Kebangsaan

Politik Kebangsaan adalah politik yang mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan nasional. Politik kebangsaan bersifat jangka panjang dan menjangkau jauh ke depan.

Sebaliknya politik kekuasaan atau praktis mengutamakan kepentingan kelompoknya seperti kepentingan partai politik.

Politik kekuasaan sifatnya jangka pendek untuk meraih kekuasaan.

Tujuan politik kebangsaan

Baca Juga  Bersama Saudara, Hj. Nurul Azizah Resmikan Masjid Hj. Asri'ah Di Mojokampung

Tujuan Politik Kebangsaan adalah memperkuat kohesivitas sosial dan persatuan nasional.

Pelaku Politik kebangsaan

Pelaku Politik Kebangsaan harus legowo apabila jauh dari hiruk pikuk menikmati kekuasaan dan finansial, karena sejak awal bukan itu tujuannya.

Dalam konteks Nahdlatul Ulama, jam’iyyah diniyyah ijtima’iyyah ini telah melepaskan diri dari percaturan politik praktis sejak 1984. NU pernah menjadi partai politik setelah keluar dari Masyumi pada 1950. Partai NU dideklarasikan pada 1952 dan mengikuti pemilu pertama kalinya pada 1955. Meskipun menjadi partai, NU tidak terlena dengan praktis politik. Peran-peran kebangsaan para ulama justru memberikan sumbangsih besar atas eksistensi negara hingga saat ini.

Para ulama memposisikan politik bukan sebagai ghayah (tujuan), tetapi sebagai washilah (perantara) mencapai tujuan baldatun thayibatun wa rabbun ghaffur, yaitu kondisi negeri yang subur dan makmur, adil dan aman di bawah rahmat dan ampunan Allah.

Saat ini pun sikap NU tidak berubah, sebagaimana dinyatakan oleh ketua umumnya, Gus Yahya, bahwa NU tidak tertarik dan memang tidak mau untuk terlibat dalam kekuasaan,dan menjaga jarak yang sama baiknya dengan semua partai politik.

Baca Juga  SMRC: Calon Wakil Presiden Tidak Membantu Elektabilitas Calon Presiden

Memilih jalan khidmah di NU, artinya harus ikhlas tidak terlibat dalam dukung mendukung dipolitik kekuasaan, jika masih bersyahwat besar terhadap kekuasaan, maka partai politiklah tempatnya.

Ya Alloh… Berilah kami keberkahan dan kemanfaatan para Ulama,dan tetapkan Kami pada jalan mereka… Amin

 

*Penulis merupakan Wakil Ketua Pimpinan Cabang PC GP Ansor Bojonegoro

Share :

Baca Juga

Headline

Setyo Wahono-Nurul Azizah dapat Amunisi Baru, Kali ini Relawan Santri Nderek Kyai Ikrar Mendukungnya

Headline

Jonegoro Ayem Terus Bergerak Pasang Banner Wahono-Nurul dan Khofifah-Emil, Kali ini Kecamatan Malo dan Kapas

Headline

Jelang Pilkada Serentak, Kemenag Bojonegoro Gelar Sosialisasi Netralitas ASN

Headline

Belum Dapat Tanggapan, Warga Kembali Somasi DPRD Bojonegoro

Headline

Aly Taufiq, Doktor Muda Asal Bojonegoro Anak Guru Ngaji Sukses Jadi DPRD Provinsi Banten

Headline

Tokoh Muda NU Apresiasi Kedewasaan Paslon 02 Bojonegoro Wahono-Nurul Hadapi Kemelut Debat Publik 

Headline

Sah! Rekapitulasi KPU Bojonegoro, Wahono-Nurul 701.249 Suara, Teguh-Farida 83.709 Suara

Headline

Besok Wahono – Nurul Daftar Bacabup-Bacawabup, Ratusan Warga Berbagai Wilayah Bojonegoro Gelar Doa Bersama