Oleh : Dr. (C) Ahmad Jakfar Al Mansur, M.Pd
Tokoh Muda NU Bojonegoro
Politik merupakan instrumen mengelola dan menyejahterakan rakyat. Adapun jika pada praktiknya penuh dengan keburukan, hal itu bukan dikarenakan politiknya, tetapi oknum-oknum politisi yang jauh dari nilai-nilai yang baik. Namun, di tengah berkelindannya negatifisme berpolitik, tidak sedikit pula yang tetap mempertahkan idealisme dan nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Ada dua hal yang sering berseliweran dalam pendengaran kita,yakni tentang istilah politik kebangsaan dan kekuasaan atau praktis.
Organisasi Sosial kemasyarakatan biasanya menjalankan Politik kebangsaan, sedangkan partai politik menjalankan gerakannya dengan politik kekuasaan.
Politik Kebangsaan
Politik Kebangsaan adalah politik yang mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan nasional. Politik kebangsaan bersifat jangka panjang dan menjangkau jauh ke depan.
Sebaliknya politik kekuasaan atau praktis mengutamakan kepentingan kelompoknya seperti kepentingan partai politik.
Politik kekuasaan sifatnya jangka pendek untuk meraih kekuasaan.
Tujuan politik kebangsaan
Tujuan Politik Kebangsaan adalah memperkuat kohesivitas sosial dan persatuan nasional.
Pelaku Politik kebangsaan
Pelaku Politik Kebangsaan harus legowo apabila jauh dari hiruk pikuk menikmati kekuasaan dan finansial, karena sejak awal bukan itu tujuannya.
Dalam konteks Nahdlatul Ulama, jam’iyyah diniyyah ijtima’iyyah ini telah melepaskan diri dari percaturan politik praktis sejak 1984. NU pernah menjadi partai politik setelah keluar dari Masyumi pada 1950. Partai NU dideklarasikan pada 1952 dan mengikuti pemilu pertama kalinya pada 1955. Meskipun menjadi partai, NU tidak terlena dengan praktis politik. Peran-peran kebangsaan para ulama justru memberikan sumbangsih besar atas eksistensi negara hingga saat ini.
Para ulama memposisikan politik bukan sebagai ghayah (tujuan), tetapi sebagai washilah (perantara) mencapai tujuan baldatun thayibatun wa rabbun ghaffur, yaitu kondisi negeri yang subur dan makmur, adil dan aman di bawah rahmat dan ampunan Allah.
Saat ini pun sikap NU tidak berubah, sebagaimana dinyatakan oleh ketua umumnya, Gus Yahya, bahwa NU tidak tertarik dan memang tidak mau untuk terlibat dalam kekuasaan,dan menjaga jarak yang sama baiknya dengan semua partai politik.
Memilih jalan khidmah di NU, artinya harus ikhlas tidak terlibat dalam dukung mendukung dipolitik kekuasaan, jika masih bersyahwat besar terhadap kekuasaan, maka partai politiklah tempatnya.
Ya Alloh… Berilah kami keberkahan dan kemanfaatan para Ulama,dan tetapkan Kami pada jalan mereka… Amin
*Penulis merupakan Wakil Ketua Pimpinan Cabang PC GP Ansor Bojonegoro