Catatan Redaksi JagatSembilan.com
Kepemimpinan Bupati Setyo Wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah menandai arah baru dalam ikhtiar membebaskan Bojonegoro dari belenggu kemiskinan. Sejak hari pertama dilantik, pasangan ini menunjukkan kesungguhan luar biasa dengan menempatkan isu pengentasan kemiskinan sebagai prioritas utama pembangunan daerah.
Keseriusan mereka tercermin dalam program-program konkret, salah satunya GAYATRI (Gerakan Ayam Petelur Mandiri), hasil kolaborasi antara Pemkab Bojonegoro dan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Program ini menyasar langsung keluarga pra sejahtera di 16 desa dengan pendekatan pemberdayaan ekonomi berbasis ternak. Setiap keluarga menerima 54 ayam, kandang, pakan, dan pendampingan intensif. Total 21.600 ayam didistribusikan untuk sekitar 400 keluarga, dengan anggaran mencapai Rp7 miliar.
Untuk memastikan keberlanjutan, Bupati Wahono menerbitkan Peraturan Bupati yang mewajibkan 10% Alokasi Dana Desa (ADD) digunakan untuk program pengentasan kemiskinan, khususnya budidaya ayam petelur. Ini mencerminkan komitmennya untuk menjadikan program bukan sekadar proyek seremonial, melainkan gerakan pembangunan desa yang berkelanjutan. Dukungan dari Asosiasi Kepala Desa (AKD) menjadi indikator bahwa inisiatif ini diterima dan diyakini bermanfaat bagi masyarakat.
Wakil Bupati Nurul Azizah turut menekankan pentingnya transparansi dan partisipasi masyarakat. Ia mendorong keterbukaan data kemiskinan di tingkat desa agar bantuan tepat sasaran dan masyarakat bisa turut mengawasi. Pendekatan ini menunjukkan bahwa pengentasan kemiskinan tidak cukup dengan dana, melainkan juga dengan keadilan data dan akuntabilitas.
Dalam program kerja 100 hari, pasangan ini juga menggulirkan KOLEGA (Kolam Lele Keluarga) dan KUSUMO (Kunjungan Kasih untuk Masyarakat Bojonegoro) yang menyasar langsung kelompok rentan seperti lansia terlantar, penyandang disabilitas berat, dan keluarga miskin ekstrem.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa pada Maret 2024, jumlah penduduk miskin tercatat sebesar 147.330 jiwa atau 11,69 persen dari total penduduk. Angka ini menurun sebesar 5.920 jiwa dibandingkan dengan Maret 2023 yang mencapai 153.250 jiwa atau 12,18 persen. Penurunan ini mencerminkan dampak positif dari program-program pengentasan kemiskinan yang telah dijalankan.
Melalui program-program yang terstruktur dan terukur, serta keberanian dalam menata anggaran dan data, Setyo Wahono dan Nurul Azizah memperlihatkan kesungguhan sejati dalam memerangi kemiskinan. Mereka tidak sedang menjalankan kebijakan populis sesaat, melainkan merintis jalan perubahan yang berakar di desa dan menyentuh masyarakat paling bawah.
Dengan langkah ini, Bojonegoro menapaki jalan menuju kemandirian ekonomi yang tidak bergantung pada bantuan, tetapi pada kemampuan, keringat, dan harapan warganya sendiri.
Sumber: jagatsembilan.com